Kamis, 02 November 2017

Makalah filsafat yunani

😊




FILSAFAT YUNANI
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Filsafat
Dosen Pengampu: Hasanain Haikal Hadining, S.H., M.H.
Disusun Oleh:
Kelompok 5
1.      Zuni Ulfiana                                  (1720110055)
2.      Alisya Ramadhina Ainur R.          (1720110056)
3.      Noor Rachmatun Ni’mah              (1720110057)
4.      Zulia Ainun Sari                            (1720110058)
---
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI  KUDUS
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
TAHUN 2017

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai seuatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional).[1] Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir ini kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.[2]
Berdasarkan hal diatas, bahwa tokoh-tokoh yang berperan mengungkapkan segala argumentasinya untuk menelaah tentang kebenaran-kebenaran yang muncul sekitar abad 6 SM.





B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah munculnya filsafat Yunani ?
2.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Yunani?
3.      Bagaimana pemikiran-pemikiran para tokoh yang muncul dalam filsafat Yunani ?


C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui sejarah munculnya filsafat Yunani
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Yunani
3.      Untuk mengetahui pemikiran masing-masing tokoh yang tergolong filsafat Yunani











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Munculnya Filsafat Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perniagaan di Laut Merah.
Keabsahan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan yang mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan lain, sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan yang bersifat formalitas (natual religion) tidak memberikan kebebasan manusia, ini ditentang oleh Homerus dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Illias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikan besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya, masyarakat lebih kritis dan rasional.
Abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan pergeseran.[3] Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religious berubah menjadi sistem cultur religious.
Sistem kepercayaan natural religious ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam kepercayaan cultural religious ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan memecahkan berbagai misteri kehidupan / alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales ( 625-545 SM ) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika, Liokippos dan Demokritos mengembangkan teori materi; Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran; Euclid mengembangkan geometri deduktif; Socrates mengembangkan teori tentang moral; Plato mengembangkan teori ide; Aristoteles mengembangkan teori yang menyangkut dunia dan benda dan berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran ( logika formal ) yang sampai sekarang masih dikenal.
Para ahli pikir Yunani Kuno mencoba membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari arche (asal mula) alam semesta dan mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta, maka corak pemikirannya disebut kosmosentris. Sedangkan para ahli pikir seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena arah pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran filsafatnya disebut antroposentris. Hal ini disebabkan arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subyek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.[4]
B.     Faktor-Faktor yang Memengaruhi Munculnya Filsafat Yunani
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir, yaitu:
a.       Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus,Orpheus dan lain-lain.
b.      Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
c.       Pengarah ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (mesir) di lembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.[5]
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.

C.    Periodesasi Filsafat Yunani
Pada zaman Yunani ini terbagi menjadi dua periode, yaitu: periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik.
a.     Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.[6]


1.     Thales  (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi dari alam semesta. Menurut pendapatnya semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari dan adalah bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya. Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif). Oleh karenanya, Thales diangggap sebagai pelopor geometri abstraks yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya: bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya.[7]
2.     Anaximandros (640-546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia menjadi orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani. Pemikirannya dalam memberikan pendapat tentang Arche (asas pertama alam semesta), ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra, yaitu to apeiron, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abadi sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya dan sesuatu yang paling dalam. Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya, bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagat raya.[8]
3.     Pythagoras (572-497 SM)
Pythagoras dilahirkan di Samos antara tahun 580-570 SM. Kemudian bermigrasi ke daerah koloni Grik di bagian selatan Italia pada tahun 529 SM karena sikap oposisinya terhadap pemerintahan tirani di bawah pemerintahan Plykrates. Sikapnya yang loyal terhadap golongan aristokrat, menyebabkan ia meningggalkan daerahnya dan pindah ke kota Krotona. Di tempat ini, ia mendirikan perkumpulan agama yang terkenal sebagai mazhab Pythagorean.[9]
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan memerintah jaga raya). Ia juga mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkannya susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk geometris.
Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa Tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoras yang mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti:
-        Terbatas – tak terbatas;
-        Ganjil – genap;
-        Satu – banyak;
-        Laki-laki – perempuan;
-        Bujung sangkar – empat persegi panjang;
-        Diam – gerak;
-        Lurus – bengkok;
-        Baik – buruk;
-        Terang – gelap;
-        Kanan – kiri;
Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai orang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya sebagai philosophos yaitu pencipta kearifan. Istilah philosopos ini kemudian menjadi philosophia yang terjemahannya secara harfiah adalah cinta kearifan atau kebijaksanaan. Sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaam (love of wisdom).
Sebagai seorang yang ahli matematika abadi ia dengan dalilnya: jumlah dari luas dua sisi sebuah segi tiga siku-siku adalah sama dengan luas sisi miringnya ().[10]
4.     Xenophanes (570- ? SM)
Lahir di Xolophon, Asia kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair dari pada ahli pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. Namanya menjadi terkenal karena untuk pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos.
Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir, Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian, dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekan atas keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasar pada mitologi.[11]
5.     Heraclitos ( 535- 475 SM)
Lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat  julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.
Ia mengemukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal: panta rhei kai menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.
Pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak, dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, dimana pada setiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada hal yang tetap berlaku umum.
Pemikiran tentang benda, ia mengemukakan bahwa tiap benda terdiri hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang saling bertolak belakang, walaupun demikian, tetap membentuk kesatuan. Yang satu adalah banyak, dan yang banyak adalah satu. Hal ini berarti segala hal yang ada mengandung dalam dirinya pertentangan dari dirinya sendiri. Akan tetapi, justru pertentangan itulah yang mencipta suatu kesatuan, keharmonisan.[12] Setiap pertentangan akan mencipta keadilan, seperti: musim dingin dan musim panas, siang dan malam, bangun dan tidur, cinta dan benci, tua dan muda, dan sebagainya. Dengan kata lain, musim panas ada karena ada musim dingin. Kesehatan sebagai sesuatu yang penting karena ada penyakit. Kalau dirumuskan secara (dengan) terminologi modern bahwa segala sesuatu merupakan sintesis dari hal-hal yang bersifat kontradiktif.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau asap, toh adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api.
Menurut pendapatnya, didalam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang disebut sebagai logos (akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila sesuai dengan logos.[13]
6.     Parmenides (540-475 SM)
       Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (bieng). Menurut penuturan Plato, pada usia 65 tahun bersama Zeno berkunjung ke Athena untuk berdialog dengan Socrates yang masa itu Socrates masih muda. Karya-karyanya berbentuk puisi.[14] Menurut pendapatnya pengertian dari realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heracleitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.

Mengenai Hakikat yang Ada (Being)
       Ia kagum adanya misteri segala realitas yang ada. Disitu ia menemukan berbagai (keanekaragaman) kenyataan, dan ditemukan pula adanya hal yang tetap dan berlaku secara umum. Jadi yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin. Yang tidak ada dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak ada kekuatan apapun yang dapat menandingi yang ada. Tidak ada yang sesuatu pun yang dapat ditambahkan atau  mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan yang ada digambarkan, sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Yang ada disegala tempat, oleh karna nya tidak ada ruangan yang kosong,  maka diluar yang ada masih ada sesuatu yang lain.[15]
7.     Zeno (490-430 SM)
      Zeno lahir di Elea, dan murid dari Parmenides. Sebagai murid dari Parmenides ia dengan gigihnya mempertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik . Maka, dikemudian hari ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika. Menurut Aristoteles, Zenolah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesis dan dari hipotesis tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesis yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil sehingga terbukti bahwa hipotesis itu salah.[16]
8.     Empedocles (490-435 SM)
       Lahir di Akragos, pulau Sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Pythagorean, Parmenides dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik, dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides.
       Empedocles sependapat dengan Parmenides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru, dan tidak ada hal yang hilang. Realitas tersusun oleh 4 unsur, yaitu api, udara, tanah, dan air . Terdapat 2 unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam semesta ini yaitu cinta dan benci. Cinta mengatur kea rah penggabungan, sedangkan benci mengatur kearah perceraian atau perubahan. Kedua unsur tersebut dapat meresap kemana saja. Proses penggabungan dan perceraian ini terjadi secara terus-meneruss tiada henti-hentinya. Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta unsur cinta dan benci selalu menyertainya.[17]
9.     Anaxagoras (499-420 SM)
       Lahir di kota Klazomenai, lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir pertama yang berdomisili di Athena yang menjadi pusat pertama perkembangan filsafat Yunani sampai abad ke-2 SM.
       Ia mengarang sebuah karya dalam sebuah prosa. Beberapa fragmen dari bagian pertama buku tersebut masih tersimpan. Menurut kesaksian Aristoteles, Anaxagoras lebih tua daripada Empedoclas, tetapi buku karyanya muncul setelah karya Empedoclas.
       Pemikirannya, realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat di bagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.
       Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya itu saling terkait, kemudian di gerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom-atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak (atom yang padat).[18]



10.                                                                                                                                                                                    Democritos (460 – 370 SM)
       Ia lahir dikota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam macam masalah, seperti kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika,teknik, music, puisi, dan lain-lainnya.
Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal yaitu bentuk, urutan, dan posisinya. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak dan menduduki satu tempat. Maka, Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).[19]










b.     Yunani Klasik
       Periode Yunani Klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Penanaman aliran Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga keberadaan Sofisme ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.
       Antara kaum Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan yang erat sekali. Disamping mereka itu hidup sezaman, pokok permasalahan pemikiran mereka juga sama, yaitu permasalahan Socrates bukan lagi jagat raya, tetapi manusia (Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke bumi), sedangkan kaum Sofis juga memusatkan perhatian pemikirannya kepada manusia. Bahkan Aristhopanes menyebutkan bahwa sesungguhnya Socrates termasuk kaum Sofis. Perbedaan antara kaum Sofis dengan Socrates sebagai suatu reaksi dan kritik terhadap pemikiran kaum Sofis.[20]
1.     Socrates (469-399 SM)
       Ia anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya bernama Phairnarete, yang pekerjaannya seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang yang judes (galak dan keras). Ia berasal dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian menjadi prajurit Athena. Ia terkenal sebagai prajurit yang gagah berani. Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, maka ia lebih senang memusatkan perhatiannya kepada filsafat, yang akhirnya ia dalam keadaan miskin.[21]
       Socrates mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya. Berbeda dengan kaum Sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut bayaran, tetapi Socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Maka, ia kemudian oleh kaum Sofis sendiri di tuduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia di tangkap dan akhirnya dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada tahun 399 SM. Pembelaan Socrates atas tuduhan tersebut telah ditulis oleh Plato dalam karangannya: Apologia.
       Sejak muda Socrates telah terlihat sifat kebijaksanaannya, karena selain ia cerdas juga pada setiap perilakunya dituntun oleh suara batin(daimon) yang selalu membisikkan dan menuntun ke arah keutamaan moral. Cara memberikan pelajaran kepada muridnya dengan dialog (tanya jawab), yang bertujuan untuk mengupas kebenaran semu yang selalu menyelimuti para muridnya. Kebenaran semu tersebut muncul karena ketidaktahuan para muridnya tentang hal-hal tertentu. Dengan cara dialog pengetahuan semu akan terdobrak sehingga mampu keluar dan melahirkan pengetahuan yang sejati.
       Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.[22]
2.     Plato (427 – 347 SM )
       Plato adalah pengikut Socrates yang taat diantara para pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperoleh secara cukup.[23]
       Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan Elia, akan tetapi ajarannya yang paling besar pengaruhnya adalah dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga bangsawan ia mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan, bernama Pyrilampes. Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi gurunya selama 8 tahun.
       Pada usia 40 tahun ia mengujungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah: Akademia. Sekolah tersebut dinamakan Akademis, karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama bagi orang-orang yang akan menjadi politikus.
       Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat indra dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebutnya pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman. Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atau berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.
       Sebagai contoh, terdapat banyak segitiga yang bentuknya berlain-lainan menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman, tetapi dalam ide atau pikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap, dan ini menurut pengetahuan akal.[24]






BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Filsafat Yunani muncul pada abad ke-6 SM, pada masa itu muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini disebut sebagai suatu demitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni.
       Faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya filsafat Yunani :
1.      Bangsa Yunani kaya akan mitos
2.      Adanya karya sastraYunani
3.      Adanya pengarah ilmu-ilmu pengetahuan dari Babylonia
       Di dalam filsafat Yunani ada banyak tokoh-tokoh yang muncul untuk mengutarakan pemikirannya, diantaranya yaitu :
A.    Masa Yunani Kuno:
1.       Thales (625-545 SM)
Pendapat: hakikat alam ini adalah air.
2.       Anaximandros (640-546 SM)
Pendapat: dunia ini hanyalah salah satu dari bagian dunia lainnya.
3.       Pythagoras (572- 497 SM)
Pendapat: semesta ini tak lain adalah bilangan.
4.       Xenophanes (570 - ? SM)
Pendapat: Tuhan bersifat kekal dan tidak mepunyai permulaan.
5.      Heraclitos (535 – 475 SM)
Pendapat: segala sesuatu yang terjadi selalu berubah.
6.       Parmenides (540 – 475 SM)
Pendapat: realitas adalah bukan gerak dan perubahan.

7.      Zeno (490 – 430 SM)
Pendapat: dialektika adalah salah satu cabang filsafat untuk mengemukakan argumentasi.
8.       Empedocles (490 – 435 SM)
Pendapat : alam semesta yang dilahirkan tidak ada yang baru.
9.       Anaxogoras (499 – 420 SM)
Pendapat: realitas seluruhnya bukan satu tetapi banyak.
10.   Democritos (460 – 370 SM)
Pendapat:  realitas bukanlah satu ,tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga.

B.     Masa Yunani Klasik
1.       Socrates (469-399)
Pendapat: menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang tidak dapat dipisahkan.
2.      Plato (427–347 SM)
Pendapat: filsafat seolah-olah drama hidup yang tidak pernah selesai.











DAFTAR PUSTAKA

Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2008.
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 1994.
Muzairi, Filsafat Umum, Teras, Yogyakarta, 2015.


[1] Muzairi, Filsafat Umum, Teras, Yogyakarta, 2015, hal. 41.
[2] Ibid., hal. 42.
[3] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 1994, hal. 23.
[4] Ibid., hal. 24.
[5] Muzairi, Op. cit., hal. 42.
[6] Ibid., hal. 43.
[7] Ibid., hal. 44.
[8] Ibid., hal.46.
[9] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hal. 158.
[10] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 1994, hal. 36.
[11] Ibid., hal. 37.
[12] Ibid., hal. 38.
[13] Ibid., hal.39.
[14] Asmoro Achmadi,  Loc. Cit.,
[15] Ibid., hal. 40.
[16] Ibid., hal. 41.
[17] Muzairi, Filsafat Umum, Teras, Yogyakarta, 2015, hal. 55.
[18] Ibid., hal. 57.
[19] Ibid., hal. 58.
[20] Ibid., hal. 59.
[21] Ibid., hal. 63.
[22] Ibid., hal. 64.
[23] Muzairi, Loc. Cit.,
[24] Ibid., hal. 65.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hard tecnology dan manfaatnya

TEKNOLOGI KERAS (HARD TECHNOLOGY) DAN MANFAATNYA Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: IAD, ISD, dan IBD Dosen Pengampu : Aris...