BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
IAD pada
dasarnya mempelajari tentang ilmu alamiah yang termasuk komponen Mata Kuliah
Umum. Materi yang dikaji meliputi konsep-konsep alamiah dasar yng tidak lain
adalah pemikiran manusia itu sendiri. Dalam perkembangannya terdapat adanya pembagian dalam pembelajaran IAD khususnya
jika dihubungkan dengan hal agama. ISD adalah ilmu yang membahas tentang
Sosial, tentang interaksi antar manusia. Maka sesungguhnya didalam ISD tersebut
banyak di bicarakan tentang keadaan manusia terhadap manusia yang lain, tentang
keakraban satu sama lain. Disini khususnya terlihat adanya perbedaan keadaan
manusia yang menimbulkan pelapisan social yang terjadi karena perbedaan
tersebut. Maka didalam masyarakat dikenal adanya kelompok sosial, apalagi yang
ada hubungannya dengan agama akan menciptakan adanya kelompok-kelompok agama. IBD adalah ilmu yang membahas tentang
unsur budaya yang berlaku dalam masyarakat. Masyarakat dalam perkembangannya
menciptakan berbgaai macam budaya, namun semua budaya itu tidaklah sama antara
derah satu dengan daerah yang lain. Dengan perbedaan itu terjadi percampuran
atau pergeseran budaya oleh budaya yang lebih menarik. Pergeseran itu terjadi
karena masyarakat yang tidak dapat menjaga konsistensi budayanya sehingga akan
lebih condong kepada budaya masyarakat yang lain.
Masyarakat
saat ini menilai bahwa agama memiliki andil dalam membentuk sikap manusia. IAD,
ISD, IBD dipelajari menjadi dasar dari ilmu pengetahuan, jika dilihat dalam
keberagamaan sangat selaras dengan agama itu sendiri. Pelapisan dalam IAD ISD
IBD sangat dipengaruhi oleh corak agama didalamnya. Didalam makalah ini akan
dibahas sampai mana pelapisan-pelapisan masyarakat yang dilihat dari segi
keberagamaan.
B.
Rumusan masalah
Dari latar
belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah dibawah ini:
1.
Apa pengertian dari keagamaan ?
2.
Apa pengertian dari pelapisan sosial dalam keberagamaan ?
3.
Apa pengertian dari pelapisan alam dalam keberagamaan ?
4.
Apa pengertian dari
pelapisan budaya dalam keberagamaan ?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari keagamaa.
2. Untuk mengetahui pengertian dari pelapisan
sosial dalam keagamaan.
3. Untuk mengetahui pengertian dari pelapisan
alam dalam keagamaan.
4. Untuk mengetahui pengertian dari pelapisan
budaya dalam keagamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keagamaan
Agama dilihat
dari segi etimologi, ada yang mengatakan bahwa kata “agama“ berasal dari
bahasa “sansekerta” yang bermakna “haluan, peraturan, jalan atau
kebaktian, kepada tuhan”. Pendapat lain mengatakan bahwa kata “agama” itu tersususn dari
dua kata,”A” yang berarti “tidak” dan “GAMA” yang berarti
“pergi, kacau”. Jadi Agama berarti “tidak pergi, tidak kacau”.
Dalam bahasa arab dikenal dengan “din” ( Ad-diin). Diin (
Ad-diin) bisa berarti : adat kebiasaan atau tingkah laku, balasan, patuh
dan tunduk kepada Tuhan, hukum-hukum atau peraturan-peraturan .Keberagamaan adalah segala aspek kehidupan yang berkaitan dengan
kehidupan seseorang. Keberagamaan berasal dari kata agama yang memiliki
arti seluruh kepercayaan kepada tuhan. Sedangkan keberagamaan adalah kesadaran
diri sendiri dalam menjalankan suatu ajaran dari agama yang dianut oleh
individu itu sendiri. Keberagamaan dapat dilihat dari taat atau tidaknya
individu terhadap agama dan perilaku yang baik dalam kehidupan pribadi ataupun
sosial.[1]
B.
Pelapisan Sosial Dalam Keagamaan
1.
Pengertian Pelapisan Sosial
Pelapisan
sosial disebut juga dengan strafikasi sosial. Strafikasi sosial ( social
strafication ) berasal dari bahasa latin “ stratum “ (
tunggal ) atau “ strata “ yang berarti berlapis-lapis.
Aristoteles
menyatakan bahwa didalam setiap nnegara selalu terdapat tiga unsur, yaitu orang
kaya, orang-orang melarat, dan orang-orang yang berada ditengah-tengah.
Beberapa
definisi stratifikasi sosial adalah sebagai berikut :
a.
Pitirim A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan masyarakat kedalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat ( hiearki ).
b.
Max webber mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu
kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege, dan
prestise.
c.
Cuber mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan diatas kategori dari
hak-hak yang berbeda.
Pelapisan
sosial ( strafikasi sosial ) adalah lapisan masyarakat yang menggambarkan bahwa
dalam tiap kelompok terdapat perbedaan kedudukan seseorang dari yang
berkedudukan tinggi sampai berkedudukan yang rendah, seolah-olah merupakan
lapisan yang bershap-shap dari atas kebawah. Pelapisan sosial dapat juga
didasarkan atas hubungan kekerabatan. [2]
2.
Perbedaan Stratifikasi Sosial dengan Status
Sosial
Status , yaitu
posisi seseorang didalam masyarakat didasarkan pada hak-hak dan kewajiban
tertentu. Status sosial merupakan unsur yang membentuk terciptanya stratifikasi
sosial, sedangkan stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial yang disusun dari
status-status sosial.
3. Sebab- sebab
timbulnya Stratifikasi Sosial
Adanya
sistem lapisan sosial biasa terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat , tetapi bisa juga dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama. Alas an terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
ssendirinya adalah kepandaian, tingkat umur ( yang senior) sifat ke anggotaan
kerabat seorang kepala masyarakat, dan
mungkin juga dalam batas- batas tertentu. Alasan- alasan yang dipakai pun
berlainan bagi tiap- tiap masyarakat.[3]
4. Proses
terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai
berikut :
a. Terjadinya secara otomatis karena factor
yang dibawa individu sejak lahir.
b. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan
bersama.
c. System lapisan berpangkal pada pertentangan
yang terjadi dalam masyarakat.
5. Sifat
Stratifikasi Sosial
a. Stratifikasi sosial tertutup
Stratifikasai ini adalah stratifikasi
dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertical
b. Stratifikasi sosisal terbuka
Startifikasi ini bersifat dinamis karena
mobilitas nya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan
mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal.
6. Fungsi
Stratifikasi Sosial
Fungsi stratifikasi sosial diantaranya adalah :
a. Distribusi hak- hak istimiewa yang objektif
b. System pertentanggaan (tingkatan) pada
strata yang diciptakan masyrakat yang menyangkut prestise dan penghargaan
c. Kriteria sistem pertentangan
d. Penentu lambang- lambang ( simbol status)
atau kedudukan
e. Tingkat mudah tidak nya bertukar kedudukan
f. Alat solidaritas di antara individu-
individu antar kelompok yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat[4]
7. Hubungan
Pelapisan Sosial dengan Keberagamaan
Pelapisan
sosial berarti mengelompokkan seseorang kedalam suatu kelas. Tetapi, didalam
agama dalam membeda-bedakan status seseorang itu tidak diperbolehkan karena
pada intinya manusia itu sama derajatnya dii mata Allah SWT.
Seperti yang
terdapat dalam surah Al-Hujurat ( ayat 11 ) , yang artinya :
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi
yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Didalam
agama hindu terdapat stratifikasi-stratifikasi
Menurut beberapa pemikir yang berpendapat bahwa
kasta-kasta ini dijadikan oleh tuhan sedemikian rupa maka jadilah pembagian ini
kekal abadi dikarenakan ini semua merupakan perbuatan tuhan dan tidak ada jalan
untuk menghapuskannya. Dengan latar belakang ini seseorang tidak boleh naik
dari suatu kasta ke kasta lain yang lebih tinggi. Dan berikut penjelasan dari
golongan kasta-kasta tersebut,
a. Golongan
Brahmana
Golongan ini berkewajiban mempelajari kitab-kitab weda
dan mengajarkannya pada kaumnya, juga memberkati pemberian-pemberian korban
yang hanya diterima melalui mereka dan wajiblah seorang brahmana memelihara
undang-undang umum dan agama. Apabila seorang brahmana lahir dia diletakkan
dibarisan yang pertama sekali dalam barisan-barisan keduniaan, seorang brahmana
menerima penghormatan dari semua tuhan adalah karena keturunannya.
Hokum-hukumnya menjadi landasan hokum di alam ini dan kitab suci itulah yang
memberinya keistimewaan ini, semua yang ada di alam ini adalah milik brahmana,
karena seorang brahmana berhak atas segala apa yang terwujud. Seorang brahmana
apabila berkehendak, dia berhak memiliki harta benda sudra yang menjadi hamba
kepadanya dengan tidak dihukum oleh raja karena perbuatannya itu, hamba dan
segala miliknya adalah kepunyaan tuannya. Seorang brahmana tidak dikotori oleh
dosa sekalipun dia membunuh tiga golongan itu, raja tidak boleh mengenakan
pajak atas seorang brahmana yang sedang mempelajari kitab suci, raja janganlah
membunuh seorang brahmana sekaipun dia melakukan berbagai kesalahan besar dia
hanya boleh diusir dari kerajannya.
b. Golongan
Ksatria
Orang-orang yang telah memperkaya akal pikirannya
dengan kitab-kitab Weda dan sebagainya, mereka dari golongan inilah yang layak
menjadi pemimpin-pemimpin tentara, atau raja-raja atau hakim-hakim bagi
sekalian manusia. Raja diangkat dari golongan ksatria, Raja janganlah
direndahkan sekalipun dia masih kecil, seorang ksatria tidak boleh terlepas
dari tugas ketentaraan. Seorang ksatria hidup sebagai seorang prajurit meskipun
dimasa damai, raja harus selau menyediakan perlengkapan perang mereka, dan
mereka harus selalu siap berperng bilsa sewaktu-waktu dipanggil raja
c. Golongan
waisya
Seorang waisya haruslah kawin dengan perempuan dari
golongannya juga, haruslah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap
pekerjaannya, dan senantiasa memelihara binatang ternak, seorang waisya
hendaklah mengetahui betul-betul metode dalam pertanian, dari penanaman sampai
penjualannya.
d. Golongan
Sudra
Seorang Sudra sedapat-dapatnya haruslah mematuhi
perintah golongan Brahmana yang menjadi pemuka yang arif akan kitab-kitab suci
dan terkenal dengan sifat-sifat yang mulia. Dengan kepatuhan ini diharapkan ia
diberi kebahagiaan sesudah matinya dengan suatu penghidupan baru yang lebih
tinggi lagi. Tidak patut seorang sudra mengumpulkan harta yang berlebihan
sekalipun mereka mampu melakukan hal demikian, seorang sudra seandainya
mengumpulkan harta maka ia telah menyakiti golongan brahmana karena tindakannya
itu kotor, anak golongan rendah yang berniat untuk menyamakan diri dengan
golongan yang lebih tinggi dari golongannya haruslah ditolak dan diberi tanda
di bawah pangkal pahanya, tangannya hendaklah dipotong sekiranya dia mengangkat
tangan atau tongkatnya ke atas orang yang lebih tinggi dari padanya, dan
dipotong kakinya sekiranya dia menendang dengan kakinya itu, seandainya dia
memanggil dengan menggunakan nama atau nama golongannya dengan tidak
memperlihatkan rasa hormat maka dimasukkan kedalam mulutnya sebilah pisau panas
bermata tiga yang panjangnya sepuluh inci, dan raja juga memerintahkan supaya
dituangkan minyak panas kedalam mulut dan telinganya apabila menurut pendapat
golongan brahmana dia tidak lagi melaksanakan pekerjaan untuk mereka dengan
baik.
C. Pelapisan
Alam Dalam Keberagamaan
1. Pengertian Ilmu
Alamiah Dasar
Ilmu alamiah dasar adalah ilmu teoritis yang
didasarkan pada pengamatan dan
percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Ilmu alamiah dasar bermula
dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai
rasa inginn tahu tentang benda-benda disekelilingnya, alam sekitar, bulan,
bintang yang dipandangnya, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri. [5]
Rasa ingin tahu pada manusia, adalah merupakan karunia
Allah kepada manusia, sebagaimana firman Allah SWT kepada malaikat, bahwa Allah
akan menciptakan seseorang khalifah ( Adam AS ) dimuka bumi. Kemudian Allah
mengajarkan Adam As nama seluruh ciptaan-Nya. Firman Allah SWT dalam Q.S
Al-Baqarah : 31,32,33 yang artinya,
31. dan Dia mengajarkan
kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32.
mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,
bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Rasa ingin tahu yang terus menerus berkembangan dan
seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan pembendaharaan pengetahuan pada manusi
aitu sendiri. Pengetahuan manusia berkembang sampai menyangkut keindahan dan teknologi.
[6]
2. Hubungan Pelapisan
Alam dengan Keberagamaan
Pelapisan alamiah dasar memiliki banyak sekali ilmu
yang berhungan dengan teori alam semesta, tentang alam sekitar, bahkan teori
tentang manusia pun terdapat didalam ilmu alamiah dasar. Seperti halnya dengan
ilmu alamiah dasar yang membahas tentang lapisan-lapisan bumi dan langit. Teori
terbentuknya lapisan-lapisan bumi dan langit tentunya tidak lepas dari pandangan ilmiah dan agama.
Pembentukam bumi juga dijelaskan oleh hadist rasullah
SAW dengan hadist yang diriwayatkan dari Rasullah SAW bahwasanya beliau
bersabda:
Dahulu ka’bah adalah bukit kecil diatas air kemudian
dibentangkan lah bumi dari (bawah nya). (An-Nihayah fi Gharib Al-Hadist wa
Al-Atsar, Jus 11.
Hadist yang dianggap gharib (aneh) oleh ulama-ulama
dahulu maupun modern mengandung fakta ilmiah yang belum ditemukan manusia
kecuali pada pertengahan decade 60-an abad ke-20. Setelah usaha keras yang
melibatkan ribuan pakar dan waktu yang panjang dibuktikan lah pada umat manusia
bahwa bumi kita pada awal penciptaan nya penuh dengan air sampai tidak ada
kawasan kering.
Allah menghendaki untuk memuntahkan dasar samudra luas
dengan letusan gunung berapi hebat yang terus menerus memuntahkan lava hingga
menggumpal dan membentuk rentetan pegunungan ditengan samudra belantara. Hingga
meninggi dan membentuk kepulauan vulkanik seperti kepulauan jepang, Indonesia,
Filipina dan hawai. Kepulauan vulkanik pertama ini semakin berkembang, karena
pergolakan gunung berapi yang berkelanjutan sehingga membentuk benua induk yang
dikenal dengan nama benua pengaca. Allah kemudian berkehendak membelah benua
induk ini menjadi tujuh benua akibat adanya penyekungan dan retakan- retakan
bumi sinyaleman Rasullah SAW 1400 tahun yang lalu. Sebagai fenomena awal ilmiah
yang menjadi bukti bahwa beliau menerima wahyu- wahyu dari allah. Karena tidak
satupun mahluk pada zaman nabi juga beberapa setelahnya mengetahui fakta-fakta
ini kecuali baru pada decade 60-an abad ke 20-an. Hadist ini menambah 1 fakta
ilmiah lainnya, bahwa daratan dibawah ka’bah merupakan daratan yang paling tua
(pertama) dibumi. Oleh karena itu, kaum muslimin mulai meneliti masalah ini
untuk menentukan usia bebatuan dibawah ka’bah melalui unsur- unsur radioaktif.
Jika memang dapat dibuktikan, maka ini akan menjadi prasasti yang tidak
terbantahkan di era sains dan teknologi sekarang ini.[7]
D.
Pelapisan Budaya dalam Keberagamaan
1. Pengertian
Pelapisan Budaya
Ilmu budaya dasar identik dengan basic humanities yang
berasal dari kata latin humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan
halus (refined). Ilmu budaya dasar mencakup keahlian filsafat, agama, seni dan
sejarah. Tetapi ilmu budaya dasar bukanlah ilmu tentang berbagai budaya,
melainkan mengandung pengertian umumnya tetang konsep- konsep dan teori- terori
budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah- masalah kebudayaan.[8]
Kebudayaan berasal dari kata “sansekerta buddhayah”
yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti “budi
akal”. Dan ada kata kultur yang berasal dari bahasa inggris “culture”.
Culture berasal dari kata “colere” yang diartikan sebagai segala daya
dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. E.B Taylor memberikan
definisi kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, ilmu sosial, hokum adat istiadat dalam kemampuan- kemampuan lain
serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.[9]
Budaya dapat dipelajari melalui enkulturasi yang
merupakan proses seorang individu memehami persyaratan studi budaya masyarakat
sekitar nya. Studi budaya dikategorikan menjadi dua bagian :
a. Budaya Implisit, merupakan hubungan antar
kelompok dan satu kelompok individu yang mengatur dan mengupayakan agar
berperilaku sesuai dengan budaya kelompoknya
b. Budaya Eksplisit, adalah kebalikan dari
budaya implisit sekelompok individu mengadopsi budaya satu dari satu kelompok
individu dengan yang berbeda[10]
2. Hubungan
Pelapisan Budaya dengan Keberagamaan
Kebudayaan merupakan hasil
daya cipta manusia yang menggunakan dan mengarahkan segenap potensi yang
dimilikinya, yang selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan seseorang untuk
dalam menjawab masalah yang dihadapinya. Dengan demikian, kebudayaan tampil sebagai
pranata yang terus menerus dipelihara para pembentuknya dan generasi
selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Selanjutnya pendekatan
kebudayaan digunakan untuk memahami agama. Ketika kita melihat dan
memperlakukan agam sebagai kebudayaan, yang kita lihat adalah agama sebagai
keyakinan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian, agama menjadi corak
local yang sesuai dengan kebudayaan dari masyarkat tersebut.[11]
Manfaat pendekatan kebudayaan
dengan keagamaan :
a.
Alat untuk memahaami corak
keagamaan yang dimiliki sebuah masyarakat
b.
Mengarah dan menambahkan
keyakinan agama yang dimiliki oleh para warga masyarakat tersebut sesuai dengan
ajaran yang benar menurut agama tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan
Pengalaman agama yang terdapat
dalam suatu masyarakat, di proses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu
wahyu melalui penalaran contohnya, teks Al-Qur’ an dan hadist melibatkan unsur
penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian, islam menjadi membudaya
(membumi) ditengah- tengah masyarakat. Memlalui pemahaman terhadap kebudayaan
tersebut, seseorang dapat mengamalkan ajaran agama.
Islam sering disebut produk
budaya, khususnya budaya arab. Hal tersebut dilatar belakangi oleh banyaknya
fenomena budayaarab yang kemudian dijadikan rujukan keagamaan, mislanya
skralisasi bulan ramadhan, mengagungkan bulan-bulan haram (muharram,
rajab,dzulqa’adah, dan dzulhijjah)[12]
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pelapisan Ilmu
Sosial Dasar dalam Keberagamaan
Pelapisan sosial berarti mengelompokkan seseorang kedalam
suatu kelas. Tetapi, didalam agama dalam membeda-bedakan status seseorang itu
tidak diperbolehkan karena pada intinya manusia itu sama derajatnya dii mata
Allah SWT. Yang terdapat dalam surah Al-Hujurat ayat 11 .
2. Pelapisan Ilmu
Alamiah Dasar dalam Keberagamaan
Pelapisan alamiah dasar memiliki banyak sekali ilmu yang
berhubungan dengan teori alam semesta, tentang alam sekitar, bahkan teori
tentang manusia pun terdapat didalam ilmu alamiah dasar. Menurut pandangan
ilmiah teori terbentuknya alam semesta yang paling terkenal adalah teori Bing
Bang dan menurut agama yang terdapat pada Al Qur’an Fussilat ayat 11.
3. Pelapisan Ilmu
Budaya Dasar dalam Keberagamaan
Pelapisan kebudayaan digunakan untuk memahami agama. Ketika
kita melihat dan memperlakukan agama sebagai kebudayaan, yang kita lihat adalah
agama sebagai keyakinan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian, agama
menjadi corak local yang sesuai dengan kebudayaan dari masyarkat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
An-Najjar, Zahglul, 2006.Pembuktian Sains Dalam Sunnah, Jakarta,
Sinar Grafika Offset.
Aziz, Arnicun dan Hartomo, 1993, ilmu sosial
dasar, Jakarta, Bumi aksara,
Jirhanuddin, 2010. Perbandingan agama,
Yogyakarta, pustaka pelajar,
Kodir, Koko Abdul. 2014, metodelogi studi
islam, bandung, pustaka setia,
Nadhirin, 2009.IAD IBD dan ISD, Kudus,
STAIN Kudus,
Notowidagdo, Rohiman, 2000.ilmu budaya dasar berdasarkan al qur’an
dan hadist, Jakarta, PT . RAJAGRAFINDO PERSADA,
Wahyu, Ramdani, 2007.ILMU SOSIAL DASAR, Bandung, CV PUSTAKA
SETIA.
[6] Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar berdasarkan Al qur’an dan Hadist,
Jakarta, PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2000, hlm 9-10

Izin Copy Ya
BalasHapusIzin Copy
BalasHapus